Trawlbens – Niat sholat ghaib merupakan elemen penting dalam pelaksanaan sholat ghaib. Seperti yang kita ketahui sholat ghaib merupakan salah satu jenis sholat yang tidak boleh dilakukan tanpa ilmu yang cukup.
Untuk itu kami telah merangkum pembahasan mengenai sholat ghaib secara lengkap dari niat sholat ghaib sampai tata cara pelaksanaannya dari berbagai sumber yang terpercaya.
Pengertian Sholat Ghaib
Sholat ghaib merupakan sholat sunnah yaitu sholat jenazah dimana jenazah tidak berada ditempat. Sholat ghaib dapat Anda lakukan ketika ada saudara, teman, ataupun kerabat yang lokasinya jauh dan sulit dijangkau meninggal dunia.
Jika tidak dapat datang ke lokasi untuk melakukan sholat jenazah, maka Anda dapat melakukan sholat ghaib dari tempat di mana Anda sedang berada.
Bukan hanya untuk mendoakan sanak saudara atau kerabat jauh yang meninggal dan ternyata lokasi jenazah tak mungkin dijangkau. Sholat ghaib dapat dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu.
Misalnya jenazah korban bencana alam yang belum atau tidak berhasil ditemukan atau korban kecelakaan dengan kondisi yang sama.
Untuk kondisi seperti ini dapat dilakukan sholat ghaib untuk mendoakan jenazah, agar mendapatkan tempat terbaik dan semoga meninggal dalam keadaan Khusnul khatimah.
Jadi, sholat ghaib dapat dilakukan di mana saja ketika Anda tidak dapat mencapai lokasi jenazah atau ketika jenazah tidak ada ditempat.
Selain itu untuk waktu pelaksanaan, tidak mengapa sekalipun sholat ghaib dilakukan pada waktu yang cukup lama dari meninggalnya orang yang bersangkutan.
Sejarah Sholat Ghaib
Sholat ghaib memiliki sejarah hingga akhirnya menjadi salah satu sholat sunnah dalam Islam. Sholat ghaib pertama kali dilakukan pada saat meninggalnya sang penguasa negeri Habasyah (yang sekarang menjadi Etiopia) yaitu Raja Najasyi yang bernama Ashhamah bin Abjar pada Jabar 9 Hijriyah.
Meninggalnya Raja Najasyi telah menorehkan sejarah dalam Islam. Karena meninggalnya raja yang menemui karunia Islam di akhir hayatnya ini menjadi awal mula syariat sholat ghaib ini diberlakukan.
Menilik lebih jauh, kala itu sebenarnya bukan hanya untuk Raja Najasyi saja Sholat Ghaib dilakukan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa salam melainkan juga untuk tiga sahabat lainnya yaitu Mu’awiyah bin Mu’awiyah al-Muzanni yang menemui akhir hayatnya di Madinah serta Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abu Thalib, yang keduanya meninggal secara syahid di dalam pertempuran Mu’tah saat melawan kekaisaran Romawi Timur.
Walaupun begitu dalil sholat ghaib untuk raja Najasyi adalah yang paling sering dibicarakan, karena disebutkan dalam hadits Shahih yaitu:
“Sungguh Nabi saw memberitakan kabar kematian Raja Najasyi di hari kewafatannya, lalu beliau bersama para sahabatnya keluar ke tempat shalat, membariskan sahabatnya dan bertakbir sebanyak empat kali (shalat Ghaib).” (Alawi Abbas al-Maliki, Hasan Sulaiman an-Nuri, Ibânatul Ahkâm Syarhul Bûlugil Marâm, juz II, halaman 173)
Sementara untuk sholat ghaib yang dilakukan atas 3 orang sahabat lainnya yang telah disebutkan di atas belum memiliki dalil yang kuat alias dhaif.
Sehingga, untuk dasar pijakan dari pelaksanaan sholat ghaib diutamakan menggunakan dalil berdasarkan hadits tentang wafatnya Raja Najasyi.
Bacaan Niat Sholat Ghaib
Hukum dari pelaksanaan sholat ghaib sama seperti sholat jenazah yaitu Fardhu kifayah. Artinya jika sholat ghaib sudah dilaksanakan maka telah gugur juga kewajiban dari pelaksanaan sholat jenazah, dengan syarat pelaksanaan dari sholat ghaib harus dengan jelas diketahui atau benar-benar telah dilaksanakan.
Untuk bacaan niat sholat ghaib sendiri dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung dari jenis kelamin dan jumlah jenazah lalu dibedakan pula status mushalli, apakah saat sholat ghaib Anda berperan sebagai makmum, imam, atau sholat sendiri.
– Niat sholat ghaib jika jenazahnya laki-laki
Ushallî ‘alâ mayyiti (fulân) al-ghâ-ibi arba’a takbîrâtin fardhal kifayâti imâman/ma’mûman lillâhi ta’âlâ.
Artinya, “Saya menyalati jenazah ‘Si Fulan (sebutkan namanya)’ yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifâyah sebagai imam/makmum karena Allah ta’âlâ.”
– Niat sholat ghaib jika jenazahnya perempuan
Ushalli ‘ala mayyitati ‘fulanah’ al-ghaibati arba’a takbiratin fardhal kifayâti imaman/ma’muman lillahi ta’ala.
Artinya, “Saya menyalati jenazah ‘Si Fulanah (sebutkan namanya)’ yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifâyah sebagai imam/makmum karena Allah ta’âlâ.”
– Niat sholat ghaib jika jenazahnya terdiri dari dua laki-laki/ dua perempuan/ satu laki-laki dan satu perempuan
Ushallî ‘alâ mayyitaini/mayyitataini ‘Fulânin wa Fulânin—Fulân wa Fulânah/Fulanâh wa Fulânah’ al-ghaibaini/al-ghaibataini arba’a takbîrâtin fardhal kifayâti imâman/ma’mûman lillâhi ta’âlâ.
Artinya, “Saya menyalati dua jenazah ‘Si Fulan dan Si Fulan/Si Fulan dan Si Fulanah/Si Fulanah dan Si Fulanah (sebutkan namanya)’ yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifâyah sebagai imam/makmum karena Allah ta’âlâ.”
– Niat sholat ghaib jika jenazahnya berjumlah banyak, misalnya korban bencana alam
yang menimpa satu desa atau kecelakaan kendaraan yang merenggut banyak nyawa.
Ushallî ‘alâ jamî’i mautâ qaryati kadzâl ghaibînal muslimîna arba’a takbîrâtin fardhal kifayâti imâman/ma’mûman lillâhi ta’âlâ.
Artinya, “Saya menyalati seluruh umat muslim yang jadi korban di desa ‘…’ (sebutkan nama desanya) yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifâyah sebagai imam/makmum karena Allah ta’âlâ.”
Bagi yang kesulitan menghafal bacaan niat sholat ghaib dalam bahasa Arab, Anda diperbolehkan menghafal teks bahasa Indonesianya atau dapat disesuaikan dengan bahasa masing-masing daerah.
Syarat Sahnya Pelaksanaan Sholat Ghaib
Pelaksanaan sholat ghaib memiliki dua syarat agar sholat ini dianggap sah untuk dilakukan. Syarat tersebut antara lain:
1. Syarat Lokasi
Sholat ghaib akan sah hukumnya bila memang lokasi dari jenazah memang sulit untuk dijangkau, baik itu jaraknya jauh ataupun dekat. Namun, bila lokasi jenazah masih memungkinkan untuk dijangkau walau jaraknya jauh, maka sholat ghaib tidak sah hukumnya untuk dilaksanakan.
2. Syarat Kesucian Jenazah
Syarat yang kedua dari pelaksanaan sholat ghaib ini adalah bila Anda ingin melaksanakan sholat ghaib Anda harus tahu betul bahwa jenazah telah suci atau telah dimandikan.
Namun, bila Anda memiliki keragu-raguan maka sholat ghaib tidak sah untuk dilakukan.
Kondisi yang kedua adalah, jika Anda memiliki keyakinan penuh bahwa jenazah telah dimandikan maka hukum dari sholat ghaib sah untuk dilakukan.
Atau dengan kondisi lain, dalam niat Anda mengatakan, “Saya menyalati jenazah ‘Si Fulan’… dan seterusnya, dengan catatan di sudah suci atau sudah dimandikan …” maka shalat ghaib yang dilakukan juga sah. Wallahu A’lam.
Tata Cara Pelaksanaan Sholat Ghaib
Pada dasarnya, tata cara sholat ghaib tidak berbeda dengan sholat jenazah, hal yang menjadi pembedanya hanyalah ada dan tidak adanya jenazah yang disholatkan. Berikut tata cara sholat ghaib secara lengkap:
– Membaca niat sholat ghaib. Bacaan disesuaikan dengan jenis kelamin dan jumlah jenazah seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di atas.
– Berdiri bagi yang mampu, bila tidak mampu karena suatu uzur, maka boleh melaksanakan sholat ghaib dengan cara yang disanggupi
– Membaca sebanyak empat kali takbir dengan takbiratul ihram termasuk di dalamnya. Bila Anda melakukan lebih dari empat takbir dengan disengaja ataupun tidak, tetap sah atau diperbolehkan asal tidak meyakini dalam hati bahwa menambah jumlah takbir akan membatalkan sholat.
– Membaca surat Al-fatihah. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah yaitu:
Hadits riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda: “Amarana Rasûlullâhi shalallâhu ‘alaihi wasallam an naqra‘a bi fâtihatil kitâb ‘alâ janâzah” (Rasulullah saw memerintahkan kami membaca surah al-Fatihah saat shalat jenazah). (HR Ibnu Majah).
– Membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam setelah takbir yang ke-dua. Untuk bacaan sholat dapat disesuaikan namun minimal dengan bacaan Allahummâ shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad.
Sedangkan untuk bacaan sholawat yang paling sempurna adalah dengan membaca shalawat Ibrahimiyah yang biasa Anda baca saat tasyahud akhir dalam shalat.
– Membaca do’a untuk jenazah setelah takbir yang ketiga. Berikut doa Rasulullah saw yang diriwayatkan dari ‘Auf bin Malik ra:
“Allahummagfir lahû warhamhû wa’fu ‘anhû wa’âfihî wa akrim nuzulahû wa wassi’ madkhalahû waghsilhu bi mâ‘in wa tsaljin wa baradin wa naqqihi minal khathâyâ kamâ yunaqqast tsaubul abyadhu minad danas wa abdilhu dâran khairan min dârihî wa ahlan khairan min ahlihî wa zaujan khairan min zaujihî waqihî fitnatal qabri wa ‘adzâbin nâr.”
Artinya, “Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah ia, maafkanlah dan berilah ia keafiatan (nasib ukhrawi yang baik), muliakanlah tempatnya, lapangkanlah jalurnya, basuhlah ia dengan air surgawi yang sejuk nan segar, bersihkanlah ia dari noda-noda kesalahan layaknya baju putih yang kembali mengkilap setelah dibersihkan dari kotoran dan noda, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih indah, keluarga dan pasangan yang lebih baik, lindungilah ia dari fitnah kubur dan siksa neraka.”
– Membaca salam setelah takbir yang keempat. Namun, di antara takbir dan salam disunnahkan untuk membaca do’a yaitu:
“Allâhumma lâ tahrimnâ ajrohû walâ taftinnâ ba’dahû wagfir lana walahû” (Ya Allah, janganlah engkau jadikan kami penghalang pahalanya, dan janganlah biarkan kami dalam ajang fitnah, umpatan atau buah bibir setelah ini semua, dan ampunilah kami dan dia)
Mendoakan orang yang telah meninggal merupakan hal yang sangat dianjurkan bagi seluruh umat muslim dan sholat ghaib, dapat menjadi salah satu cara untuk mendoakan orang yang telah meninggal tersebut.
Agama Islam memang selalu memberikan cara alternatif bagi seluruh umatnya termasuk dengan sholat ghaib yang dapat dilakukan saat lokasi jenazah tidak memungkinkan untuk dijangkau. Kini Anda telah mengetahui niat sholat ghaib dan tata cara pelaksanakannya sehingga dapat Anda praktekkan sewaktu-waktu. Wallahu A’lam Bishawab.